Judul: Berikutnya Kau yang Mati
Penulis: Arie F. Rofian
Penyunting: Dyah Utami
Penyelaras Akhir: Sasa
Perancang dan Ilustrasi Sampul: Fahmi Fauzi
Penata Letak: Theresa Greacella
Penerbit: Moka Media
Blurb
Ini adalah kisah enam anak manusia, terpisah ruang dan jarak. Mereka semua tak saling mengenal. Mereka semua tak mengerti. Namun, tanpa pernah mereka sadari, mereka telah terjebak dalam lingkaran takdir kematian. tanpa bisa mereka tolak, kematian mengetuk pintu rumah mereka. Satu persatu, Dan sekarang, mereka harus menghadapi hal yang lebih menyakitkan dari kematian.
***
"Gelap dan hening. Terlampau hening, bahkan. Jantungku mendadak berdegup lebih keras. Tanganku meraba-raba, mencari pegangan untuk kemudian melangkah. Tak ada apa-apa, kecuali permukaan dinding yang memantulkan hawa dingin. Jari-jariku lantas menelusuri permukaan dinding secara perlahan. penelusuran itu baru berakhir ketika jariku mendapati gumpalan cairan yang kental membasahi dinding. Aku mengendus, mencium bau anyir dari jariku yang baru saja menyentuh dinding.
Darah!"
Sebenarnya sih pengen ngereview ucapan terimakasih sama profil penulisnya, tapi ternyata si Penulis mampu menebak akal busuk saya. Sehingga saya langsung dicekal dan diancam kalau sampai terjadi, maka dia bakal memborong stock cokelat di pasaran. Dan saya bakal nelangsa kehabisan cokelat. :D
Jujur, ini novel horor kedua yang saya baca. Sampai saya bacanya merem melek. Jungkir balik. Disela makan cakue dulu. Disela makan bakso malang dulu (Oke, itu sih saya yang rakus) :D
Ide ceritanya keren. Menarik. Karena bagaimana mungkin ada enam anak manusia yang tidak saling mengenal dapat dikaitkan dalam satu alur novel. Meski mungkin juga ada yang pernah memiliki ide tersebut, sama halnya Kolase Perempuan Fiksi dulu, tapi cuma lima anak manusia. Nggak bisa bikin sampe enam. Nggak kuat. Baru nulisnya aja udah melambai ke kamera.
Di bab pertama yang diberi judul Jembatan Gantung, yang dipikiran saya pasti tentang kejadian yang mana di jembatan nanti terjadi kematian. Memang benar, tapi bukan itu ternyata inti ceritanya. Si Penulis dengan seenaknya sendiri melempar-lempar pembaca ke berbagai macam kejadian yang dibalut dalam diksi rapi. Membuat nafas pembaca naik turun dan menebak-nebak apalagi yang akan terjadi ke depannya. Itu keren, Jon. :') (jujur pake banget).
Di bab selanjutnya juga sama. Alurnya tidak dapat ditebak. Banyak sekali nilai plus yang saya dapat dari novel horor ini.
1. Ide ceritanya tidak hanya tentang takdir enam anak manusia yang tidak saling mengenal tapi mengalami keterkaitan takdir yang sama. Yaitu kematian.. Lebih dari itu. Penulis dengan apiknya menyisipkan tokoh di bab pertama ada di bab ke dua. Tokoh di bab kedua ada di bab pertama. Dan seterusnya... Saya yang membacanya juga sampai keheranan. Damn! Keren nih orang nulisnya!!! (baca; pake ekspresi squidward).
2. Alurnya tidak dapat ditebak.
3. Membuat pembaca tidak sabar ingin segera menamatkan bacaannya dan mengetahui bagaimana ending-nya.
4. Ketegangan yang diusahakan oleh penulis dalam narasinya, berhasil. Saya sampai panas dingin membacanya.
5. Tidak hanya tentang kematian. Tapi novel ini juga berisi unsur psikologis yang mengharuskan salah satu tokoh berkonsultasi ke seorang psikiater. Benar-benar membuat saya lupa bahwa Penulis novel ini lulusan manajemen. =D
6. (....)
Nah... kelebihan yang ke enam dan selanjutnya, giliran kalian yang menambahkan. :D
So, Guys... langsung aja ke toko buku kesayangan kalian buat hunting novel horor yang penulisnya nggak horor ini. Semoga kalian menjadi yang berikutnya. :)
