Kamis, 04 Agustus 2016

Senja dan Kamu

Senja mulai turun saat kau menyapa sepiku dengan lembut. Kau bertanya, apakah aku ingin menemuimu atau tidak. Senyumku mengembang. Pertanyaanmu membuat hatiku menghangat. Bagaimana bisa kau bertanya apakah aku ingin menemuimu atau tidak sedangkan dalam setiap detik yang terhempas dalam hitungan waktuku, aku hanya memikirkan dirimu. Pun merindukanmu.

Senja tenggelam dalam luasnya malam. Memancarkan dirinya menjadi penerang bagi rembulan. Cahayanya menerangi wajahku. Angin yang berembus kencang, menerjang tubuhku. Mempermainkan rambut sebahuku. Aku terus berjalan menuju tempat yang kau bisikkan. Tempat di mana kau akan menjumput asaku agar beradu dengan matamu. Aku bersumpah akan memelukmu dengan sangat erat jika aku sudah melihat senyummu merekah di hadapanku.

Kau datang dengan senyum seindah purnama. Kemudian mengulurkan pakaian hangat "Pakailah!" Ucapmu. Aku hanya mampu melayang setinggi khayal menerima kebaikanmu. Tak perlu menunggu lama untuk menahanku agar tak segera memelukmu. Karena tak sampai lima menit, kau sudah ada di dalam dekapanku. Kau menggenggam jemariku dengan lembut.

"Dingin," katamu.

"Memang," ucapku.

Kau tersenyum.

"Biasanya hangat."

Hening.

Tak kuasa menjelma ramai untukmu, aku hanya mampu menjadi hening yang membungkus kerinduan antara aku dan kau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar