Kamis, 28 Juni 2018

Ketika off dari D'cost Seafood



Setelah hibernasi pasca off kerja di D'cost, akhirnya saya punya kekuatan dan waktu buat menuliskan tentang ini. Seenggaknya, saya udah ngasih pengumuman ke semua lapisan masyarakat bahwa saya kerja di sana, maka ketika off, saya mau kayak orangorang. Menuliskan kesankesan selama kerja di sana. Dalam perenungan panjang dan kenangan yang penuh numpuk di kepala meski hanya sebulan lebih sedikit, tibatiba ada satu kenangan yang sangat membekas dan bikin saya kepikiran tentang kalimat,

"Lihatlah apa yang dibicarakan, bukan siapa yang berbicara."

Hampir seluruh karyawan service crew dan beberapa chef dan karyawan lainnya, usia mereka jauh di bawah saya. Dimulai dari anakanak belasan tahun dan usia ratarata mereka ada di angka 22 atau 23. Masih benarbenar muda. Melihat mereka, membuat saya mengenang masa muda saya. Pada seusia mereka, apa saja yang sudah saya lakukan. Sampesampe saya harus bekerja "fisik" di usia setua saya sekarang. Bikin saya inget masamasa lulus SMA galau nyari kerja sampe akhirnya memutuskan kuliah dengan modal beasiswa. Nyari sambilan sanasini biar bertahan kuliah. Dan tiba saatnya merelakan banyak hal. Mengikhlaskan segala yang sudah terjadi. Menjadikannya pelajaran berharga dalam hidup. Membuat saya ingin hidup kembali setelah sekian lama merasa sudah mematikan jiwa dan nurani.

Lalu karena merasa sudah sangat tua dan jauh di atas mereka, jadi saya menyesuaikan diri saya di sana. Saya nggak mau "dituakan". Dituakan ya gengs. Bukan dianggap tua. Saya sih seneng aja kalau dianggap tua. Berarti saya beneran udah tua. #apasih 😂😂😂

Ya maksudnya, disaat saya ngobrol pas waktu luang sama Karen, misalnya. Dia masih 17 taun dan baru banget lulus SMA. Maka saya lebih banyak mendengar. Saya senang mendengar masamasa mendebarkan saat dia ceritain soal banyak hal. Sampe tibatiba, dia bilang ke saya,

"Mbak, soal jodoh tuh sama aja kayak lagi nunggu bus. Misal Mbak nunggu di pinggir jalan. Ada bus pertama lewat, terlalu penuh, Mbak nggak mau. Ah, males berdiri. Terus bus selanjutnya lewat, terlalu kosong, Mbak nggak mau. Ah, takut ah. Kosong. Terus bus selanjutnya dateng lagi, penuh lagi. Mbak terus aja biarin busnya pada lewat sampe akhirnya Mbak udah nggak ada waktu lagi, kemudian naik bus yang penuh. Berdiri. Dan nggak nyaman."

Saat itu gue nganggukngangguk aja. Bukan nyepelehin pemikiran Karen. Tapi maksudnya, begitukah sudut pandang soal jodoh untuk anak usia belasan taun?

Salah satu hal yang membuat saya mudah diterima di mana pun, adalah saya mudah beradaptasi dan cepat mengenali lingkungan. Jadi saya cepat membaur. Menyesuaikan cara kerja mereka. Dan meski beberapa kali ada kesalah pahaman, saya selalu tau harus melakukan apa. Begitulah cara bertahan. Begitulah cara saya hidup selama ini.

Di depan mereka, saya nggak pernah menunjukkan bahwa sudah terlalu menumpuk hal yang sudah saya lalui sampai akhirnya bisa ketemu mereka semua. Yang pasti bekerja sebagai mbakmbak pramusaji resto, merupakan pertama kalinya untuk saya. Selain karena memang saya keren dan calon selebgram, tentunya karena bantuan mereka semua sebagai tim, akhirnya saya bisa melalui satu bulan lebih sedikit yang melelahkan.

Saya nggak bisa menyebutkan satu persatu siapa yang paling membuat saya terkesan selama bekerja di sana, yang pasti kenangan tentang kalian akan terus hidup dan indah di sini. Di dalam hati. ♡♡♡

Untuk bagian Office, Manager Dcost CSB Mall, leader, asst. Leader. Kepala dapur, Chef, Steward, Service crew, terimakasih banyak. Terutama Manager dan Leader yang memberikan kesempatan saya untuk memilih balik ke Bekasi atau stay di Dcost. Terimakasih banyak. Saya terharu.

Untuk perempuan paruh baya kayak saya yang banyak sekali pikiran dan masalah yang harus diselesaikan, saya sebenarnya lebih baik menghabiskan waktu saya untuk kerja. Dan Dcost cocok banget buat saya. Jadi kerjaan saya cuma kerja tidur kerja tidur kerja tidur. No galaugalau club. Berangkat pagi. Kerja. Stand bye di bagian checker. Antar makanan. Ngelist makanan yang belum keluar. Bolakbalik dipanggil customer. Polesing. Banyak hal yang saya lakukan. Saya pelajari. Dan membuat saya hanya fokus ke kerjaan aja. Kadang, beberapa kali malas makan pas jam istirahat. Sampai ditanya sama salah satu karyawan, Raeda namanya.

"Mbak Euis tuh males aja. Yang nggak males ngapain?"
"Kerja."

😂
Saya nggak malas kalau urusan kerja.

Tapi lagilagi, dunia saya ya ngajar. Apapun pekerjaannya, selalu menenangkan kembali mengajar. Menatap mata anakanak. Antusiasme anakanak mempelajari sesuatu. Menyampaikan sesuatu. Saya pasrahkan semuanya ke Tuhan. Dari manapun rejeki yang harus saya terima, yang pasti menyenangkan telah berusaha semampu yang saya bisa.

Terimakasih Dcost... ♡♡♡
Atas kesempatan dan segalanya.













Regards,
@kilundoel calon selebgram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar