KENAPA NGGAK NGAJAR AJA?
Kenapa nggak ngajar aja?
Pertanyaan kayak gitu sering banget gue denger. Karena ya memang basic pendidikan gue adalah guru tapi gue selalu kerja yang nggak sesuai dengan bidang gue. Tapi pertanyaan gue selanjutnya untuk yang nanya, ya... siapa yang nggak mau? Siapa yang nggak mau kerja sesuai dengan basic pendidikan serta passion yang kita miliki? Mau banget. Tapi mungkin perspektif kita yang berbeda. Bagi gue, ngajar adalah kehidupan. Berbagi ilmu memiliki keseruan tersendiri. Dari gue pertama kali dapet pertanyaan apa citacita gue, gue jawab guru. Pas SMA sampe kuliah dapet amanat untuk ngajar adikadik di pesantren, ya gue menikmati masamasa itu. Masamasa belajar lagi untuk kemudian bisa ngajar. Masamasa gue pelajari lagi materimateri yang akan gue ajarkan. Dan bagi gue, ngajar bukan hanya bisa dilakukan di sekolah formal aja. Gue bisa ngajar di manapun. Dan hal itu, bikin gue bahagia.
Salah satu sahabat gue sebut aja Nimas Aksan, memang nama sebenarnya. Dia pernah bilang kalau gue keliatan "bersinar" pas ngajar. Gue tau dia lebay karena gue bukan lampu LED yang bisa bersinar. Tapi gue paham maksud katakata dia. Mungkin maksud dia, lebih hidup. Lebih bahagia. Karena katakata itu dia lemparkan setelah gue bertauntaun off ngajar. Jadi sebenarnya, siapa yang nggak mau?
Gue mau.
Gue juga seneng liat tementemen gue baik temen semasa kuliah atupun temen yang jadi rekan gue saat ngajar. Kebanyakan dari mereka menjadi guru. Guruguru hebat. Lagi, di sini... perspektif kita saja yang berbeda. Bagi gue, andai bisa... gue nggak mau menjadikan "mengajar" sebagai pekerjaan gue. Pekerjaan yang artinya gue dapet uang dari hasil gue ngajar. Gue seharusnya melakukan pekerjaan lain agar bisa mengajar. Walopun nggak memungkiri kalau gue ya masih dibayar untuk tenaga gue mengajar. Baik ngajar di sekolah ataupun privat. Dan itupun nggak salah. Uang itu hanya sekadar penghargaan untuk para guru yang mau membagi ilmunya. Mendidik anakanak untuk tumbuh menjadi manusia yang memiliki ilmu yang kemudian dapat mereka gunakan.
Intinya adalah, gue bahagia saat gue ngajar. Di mana yang gue lakuin ya... ngajar. Membagi ilmu gue untuk yang sangat membutuhkan uluran tangan. Membantu mereka yang kesusahan dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Tanpa mesti memikirkan juga halhal administratif yang seringkali bikin gue kehilangan fokus. Gue pernah ngajar di sekolah formal sekaligus membuka pintu rumah gue lebarlebar bagi siapapun yang mau datang untuk sekadar membaca. Belajar. Atau mengerjakan PR. Dan rasanya, beda banget. Ketika gue lebih banyak mengeluarkan tenaga untuk mengurus halhal administratif di sekolah formal dan kehilangan banyak tenaga yang harusnya bisa gue gunain buat fun bareng anakanak didik gue, di rumah justeru gue melupakan semua halhal rumit dan lebih fokus membantu mereka belajar.
Samasama mengajar. Kita hanya beda perspektif.
Oleh karena itu,
Gue selalu bilang sama sahabat gue yang lain, sebut aja Dyani, bukan nama samaran. Kalau gue harus kaya raya. Gue harus bekerja lebih keras dan sangat keras. Agar gue bisa terus mengajar tanpa khawatir akan kesulitan secara finansial.
Karena katanya,
Kita harus kuat terlebih dahulu agar dapat membantu orang lain. Dan kita harus bahagia agar dapat membahagiakan orang lain. ♡♡♡
Karena katanya,
Kita harus kuat terlebih dahulu agar dapat membantu orang lain. Dan kita harus bahagia agar dapat membahagiakan orang lain. ♡♡♡
Insya Allah,
Kelak gue bisa membuka pintu rumah lebih lebar untuk anakanak yang masih kesusahan dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.
Jadi?
Siapa yang nggak mau?

Semoga Kilan diberi rejeki sehingga cita-citanya terwujud. Aamiin...
BalasHapusAamiin. 😘
Hapus